Tanggalkan Dulu Jubah Kenyamananmu

Ketika saya memulai bisnis kerudung, saya tidak semerta merta berjualan dengan menyewa sebuah toko. Tapi saya memulainya dengan menawarkan langsung kepada calon konsumen dengan mengunjungi tempat keberadaan mereka biasa berkumpul di hari Sabtu, dimana itu adalah  hari libur saya sebagai pekerja kantoran. Target saya sekolah TK, SD, sampai SMP Muslim yg lokasinya tidak jauh dari tempat saya tinggal.

Karena barang dagangan saya cukup banyak dan berat, saya membawanya dengan menggunakan mobil kantor yang sengaja saya parkir agak jauh dari lokasi kerumunan ibu2  yang sedang menunggu anak mereka sekolah.




Karena berat dan jauh “gembolan” saya, otomatis banyak keluar keringat di kening dan  wajah saya. Mungkin karena inilah para ibu2 membeli barang dagangan saya karena jatuh kasihan πŸ˜€ (ternyata strategi saya jitu juga :D)

Itu pengalaman saya memulai bisnis kerudung, saya menanggalkan “jubah kenyamanan” saya sebagai seorang manager di sebuah perusahaan swasta. Ketika saya memutuskan utk merintis pekerjaan saya yang baru memulai wirausaha, saya harus berganti jubah.

Minggu depannya saya mulai membangun networking dengan ibu pemilik warung yang lokasinya dekat dengan sekolah, dengan koperasi yg ada di sekolah dengan sistem “titip jual dan bagi hasil”. Alhasil pekerjaan saya jadi lebih ringan, tiap minggu saya hanya tinggal ambil barang yg tersisa tukar dengan stok yg baru, ambil uang  setoran atas barang yg laku, dan mengantarkan pesanan.

Melihat progressnya yg cukup baik saya optimis dengan bisnis yg baru saya tekuni, bulan depannya mulailah saya memberanikan diri menyewa sebuah kios kecil di sebuah pusat perbelanjaan.



Urusan jadi pramuniaga toko beda lagi, harus bermental baja dan bermuka badak he he he ini kiasan bukan beneran mukanya pakai topeng badak :D. Membujuk orang utk mau masuk ke toko kita sekedar melihat lihat bukan urusan yg mudah. Bersyukur kalau ada yang menjawab “tidak terimakasih” dengan seyuman, seringnya sih melengos dan di cuekkin abis.

Kalau ingat2 jubah kenyamanan saya satunya lagi, pengen deh bales sambil bilang hallloooow siape sih loe ? Untungnya saya masih punya akal sehat alias waras, “ini kan bisnis saya yg baru saya rintis, bisa jadi ini adalah bisnis masa depan saya, bisnis impian saya, saat ini hari ini loe bukan siapa2, loe bisa SUKSES atau GAGAL semuanya tergantung sikap dan pilihan yang loe  ambil ! 
Nah.. yang tadi itu kisah saya ketika memulai usaha kerudung.  
Dan.. terulang kembali, ketika saya memulai menjalani bisnis Oriflame.  Pada saat itu,  saya sudah resign dari kantor tempat saya berkerja dan berganti jubah yang baru menjadi pemilik 5 buah toko busana muslim yg tersebar di beberapa Mall di Jabodetabek. 

Hallooow saat ini saya konsultan NOL% di Oriflame, bonus saya masih NOL Rupiah, jadi harus mau ngantriii dong, mau sabar dong πŸ˜€ Jubah kamu sebagai owner pemilik 5 toko ditinggal dulu dirumah ketika kamu berproses sebagai seorang consultant Oriflame NOL%.

Berinteraksi dengan bermacam karakter Orang, dari Orang kaya yg punya beberapa usaha, cantik dan ramahnya minta ampun, sampai orang yg maaf rumahnya masih ngontrak, jutek abis bin belagu dan maaf lagi jelek pula, komplit dah. Tetep kudu senyum, kudu sabar bin ikhlas.

Semuanya melihat saya dengan jubah yg sedang saya pakai di bisnis yg saya tawarkan, poppy garmila consultant NOL% pada saat saya memulai bisnis ini 2,5 tahun yang lalu. 



Tetapi masih ada temen2 yg terjun di bisnis ini lupa untuk menanggalkan jubah2 mereka, dan bahwa mereka harusnya berganti jubah. Yang biasa jadi boss dan punya jabatan di kantor, ya jangan maunya di layani terus, belajar ambil orderan sendiri jangan nyuruh kurir kantor terus πŸ˜€ (untung gak ketahuan sama bossnya). Jangan terus2an nitip orderan.

Yang punya usaha lain lagi ceritanya, di bisnis Oriflame ya bossnya diri kita sendiri merangkap admin, juga kurir he he he alias “NGURUSIN DEWE”.  Jangan maunya urusan serba lancar dan mudah, gak boleh tuh ada kurang dan salah sedikit. Dikit2 komplain, bentar2 ngeluh, gak sabaran, ehhh buntutnya update status bete lah, gak percaya lah sama bisnisnya tolonggggg.  
Dalam menjalani proses suatu bisnis, saya yakin betul tidak ada yg selalu mulus jalannya dan mudah sesuai dengan harapan dan keinginan kita terus menerus.

Kalau kata Merry Riana, ketika kita naik pesawat akan bepergian ke suatu tujuan yg jarak tempuhnya 10 jam dan pada saat itu kita mendapati ya kok dilalahnya, tempat duduk kita macet setelan kursinya. Apa pilihan kita ? Mengeluh dan mengomel terus sepanjang perjalanan 10 jam, atau melupakannya dengan mencari kesibukan membaca buku atau bercakap cakap dgn teman di samping kita, sehingga membuat perjalanan panjang menyenangkan dan tidak terasa.

Siapa juga yg akan beli dagangan saya jika saya mengerjakannya ogah2an, setengah hati, cemberut, jutek dan merasa pekerjaan yg saya lakukan TIDAK BERNILAI ? 

Apakah Saya akan menikmati proses wirausaha saya, jika saya berpikir kenapa saya harus melakukan pekerjaan yg MENURUNKAN DERAJAT saya ? Yang belum pasti ada JAMINAN akan SUKSES atau GAGAL ? Yang hasilnya belum kelihatan ? Sedangkan saat ini saya punya usaha yg mapan yang bergengsi dan hasilnya sudah jelas.

Kalau kita bisa memahami peran jubah2 yg kita punya, kita bisa menikmati prosesnya kapapun kita berganti dari jubah yg satu ke satunya.
Yuk mari tanggalkan jubah “nyaman” yg kita punya ketika kita harus  memulai mengerjakan pekerjaan yg baru yg memerlukan jubah “ketidak-nyamanan sementara”. Karena pada sebetulnya jubah ini sedang kita “jahit” selapis demi selapis, yang kita harapkan akan menjadi “jubah emas” yg mungkin bisa jadi lebih nyaman dari jubah yg telah kita miliki sebelumnya :-).


Go Diamond – Go Presiden
Poppy Garmila – 28a68898
0811884552 – poppygarmila@yahoo.com

2 responses to “Tanggalkan Dulu Jubah Kenyamananmu

Leave a comment